Wajah Revolusi Industri
Saat membayangkan orang-orang yang hidup pada masa Revolusi Industri, mudah membayangkan tokoh-tokoh dari novel Charles Dickens. Sangat mudah untuk membayangkan kota-kota yang dipenuhi oleh Oliver Twists dan David Copperfields yang berwajah jelaga. Dalam beberapa hal, gambaran ini akurat. Paruh pertama abad kesembilan belas melihat banyak kemajuan teknologi besar. Penemuan mesin uap membuat manufaktur dan transportasi menjadi lebih mudah dan lusinan pabrik besar bermunculan dalam rentang waktu beberapa tahun. Teknik penambangan baru dikembangkan untuk menghasilkan batubara yang dibutuhkan untuk menyalakan pabrik baru. Warga pedesaan, mencari pekerjaan, mulai bermigrasi ke kota-kota besar seperti London dan New York. Udara memang dipenuhi kabut asap Dickensian, tetapi Revolusi Industri juga berdampak besar pada produk perawatan kulit dan penggunaan kosmetik. Ketika gaji rata-rata naik, semakin banyak warga biasa yang mampu membeli sabun dan make-up yang sebelumnya jauh dari jangkauan.
Dilema Moral
Pada akhir abad kedelapan belas, make-up dianggap tidak pantas untuk semua kecuali pelacur dan aktor. Sementara sikap ini bertahan selama sebagian besar abad ke-19, wanita diberi beberapa pengecualian kosmetik. Kulit pucat masih dianggap sebagai tanda kelahiran yang tinggi dan sementara bubuk timbal berat seabad sebelumnya tidak lagi digunakan, mereka digantikan oleh lapisan tipis seng oksida. Seng oksida menawarkan manfaat warna kulit yang lebih cerah, tetapi lebih halus dan terlihat lebih alami daripada bedak tabur yang telah begitu populer sebelumnya. Perona mata halus berbahan hitam jelaga juga populer, meski pemerah bibir dan pipi tetap tabu. Sementara banyak wanita masih mencampur kosmetik mereka sendiri, teknik pembuatan modern telah mempermudah produksi massal produk ini. Meskipun penggunaan kosmetik pabrikan sangat populer, namun dianggap tidak pantas untuk membeli atau menjual produk kecantikan. Karena itu, sebagian besar toko menjualnya di bawah meja. **
Terlepas dari stigma yang masih melingkupi produk perawatan kulit dan kosmetik, beberapa wanita angkat bicara untuk mempromosikan penggunaannya. Pada tahun 1833, Jacobine Weiler menerbitkan sebuah buku berjudul, “Cosmetics of the Female Sex, or The Secret Art of Perfecting Beauty and Health and Retaining It into Old Age” yang mempromosikan penggunaan kosmetik sebagai bantuan kecantikan. Sementara wanita terhormat tidak terlihat membeli pemerah bibir atau pipi, banyak resep diterbitkan yang menjelaskan metode pembuatan pomade bibir di rumah. Resep termasuk bahan-bahan umum seperti mentega, lilin, dan cetakan alami yang terbuat dari kismis dan tanaman alkanna tictoria.***
Namun, bagi semua wanita yang membela penggunaan kosmetik, ada banyak wanita lain yang percaya bahwa memakai riasan adalah langkah pertama menuju kehidupan yang penuh dosa. Banyak buku yang didedikasikan untuk pencemaran nama baik kosmetik juga diterbitkan. “Godey’s Lady’s Book”, misalnya, diterbitkan sekitar pertengahan abad ini. Disarankan bahwa alih-alih mencoba menutupi noda dengan make-up, wanita sebaiknya hanya mengandalkan “kosmetik moral”, termasuk tidur dan menghindari kegiatan berdosa seperti berjudi dan minum.
Membersihkan dengan Cara Alami
Karena metode produksi massal disempurnakan, harga berbagai produk kebersihan menjadi lebih murah dan lebih mudah tersedia. Sementara sabun wangi telah dianggap sebagai barang mewah setengah abad sebelumnya, sabun sekarang menjadi hal yang biasa di semua rumah kecuali rumah termiskin. Karena wanita tidak bisa lagi bersembunyi di balik lapisan bedak yang tebal, ada penekanan yang lebih kuat pada kulit cantik alami. Pembersih yang keras juga lebih mudah diproduksi, tetapi sering diabaikan sebagai ganti bahan perawatan kulit yang lebih alami. Kuning telur, madu, dan oatmeal biasanya digunakan untuk melembutkan kulit dan membantu mengurangi noda. Jus lemon terkadang digunakan untuk memutihkan kulit secara alami beberapa tingkat lebih terang. Meskipun kesehatan yang bercahaya secara alami mungkin telah menjadi pilihan pada awal abad ke-19, namun, hal itu akan segera digantikan oleh penampilan Era Victoria yang lemah dan sakit-sakitan.
Referensi:
** Baca lebih lanjut tentang tata rias abad kesembilan belas di sini: http://www.localhistories.org/cosmetics.html
*** Baca lebih lanjut tentang Pembela Industri kosmetik di sini: http://www.cosmetic-business.com/en/showartikel.php?art_id=1409